• Latest News

    Selasa, 03 November 2015

    Peran Mahasiswa Meluruskan Arah Pemilu

    Peran Mahasiswa Meluruskan Arah Pemilu oleh: Fauza Muzakki
    Ilustrasi Pemilu
    oleh: Fauzan Muzakki
    Sejarah mencatat betapa pentingnya eksistensi mahasiswa dalam perubahan konteks politik dan sosial bangsa indonesia. Begitu banyak sumbangsih yang telah dilakukan mahasiswa dalam upaya penyelesaian problematika politik dan sosial di masyarakat. Sebagai contoh pada era orde lama, paska terjadinya peristiwa pemberontakan G 30 S-PKI. Pada waktu itu persepsi yang muncul adalah keterdesakan bagi kalangan mahasiswa untuk turut serta menolak keberadaan PKI. Karena apabila hal itu tidak dilakukan, maka nantinya akan membawa dampak ancaman yang sangat negatif dan mengancam bagi proses birokrasi pemerintahan pada saat itu.

    PKI yang dianggap oleh kalangan mahasiswa sebagai ancaman bagi tegaknya stabilitas politik dan keamanan negara, karena menolak pancasila sebagai ideologi kebangsaan dan berusaha melakukan kudeta terhadap rezim soekarno yang sedang berkuasa. Fatalnya gerakan kudeta yang dilancarkan saat itu untuk menggulingkan pemerintahan, dilakukan dengan jalan penculikan dan pembunuhan sejumlah jenderal angkatan darat di jakarta.
    PKI juga membentuk dan mengumumkan dewan revolusi pada tanggal 1 november 1965. Kejadian tersebut menghasilkan implikasi negatif bagi keamanan negara dan perekonomian yang saat itu kian terpuruk dengan tingginya inflasi harga barang. Parahnya, pemerintahan orde lama saat itu dinilai tidak berusaha secara tegas menindak kekacauan yang dilakukan oleh PKI. Hal itulah yang akhirnya menimbulkan kekisruhan dan kegusaran bagi rakyat. Demonstrasi yang terkait penolakan PKI pun akhirnya secara gencar dipelopori dan dilaksanakan oleh kelompok mahasiswa.

    Kalangan mahasiswa yang kemudian membentuk KAMI (kesatuan aksi mahasiswa indonesia) dan para pelajar membentuk KAPPI (kesatuan aksi pemuda pelajar indonesia),  bertujuan agar lebih mampu mengkoordinir agenda-agenda demonstrasi. Pada tanggal 10 januari 1966, KAMI dan KAPPI menggelar demonstrasi dengan TRITURA-nya (tiga tuntutan rakyat). Esensi dari TRITURA sebagai berikut ; tuntutan untuk membubarkan PKI, bersihkan kabinet dwi kora dari unsur-unsur PKI dan turunkan harga barang.
    Pergerakan aksi semacam itu tetap dijalankan mahasiswa secara simultan dan kontinu hingga pada tanggal 12 maret 1966, akhirnya PKI dan ormas-ormasnya secara resmi dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang. Keputusan tersebut diperkuat melalui TAP MPRS No. IX/MPRS/1966 yang intinya melarang penyebaran ajaran komunis dan sejenisnya di Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran mahasiswa dalam pengawalan proses pemerintahan dan demokrasi di Indonesia.

    Pada masa orde baru pun yang dipimpin oleh Soeharto sebagai presiden. Mahasiswa juga tidak lupa mengambil perannya dalam rangka menjawab kegelisahan rakyat. Pemerintahan pada masa orde baru memang dapat dikatakan berhasil dalam rangka peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan nasional tetapi sayangnya semua itu dibangun dengan pondasi yang keropos dengan banyaknya hutang luar negeri terutama kepada para negara investor asing dan lembaga – lembaga keuangan internasional seperti IMF, IBRD, ADB dll. Mereka tergabung kedalam IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia) yang kemudian berganti nama menjadi CGI (Consultative Group for Indonesia) dan dibawah naungan Bank dunia (world bank).

    Sejak awal sikap pemerintahan Soeharto memang tampaknya lebih kooperatif terhadap investor modal asing. Sebagai contoh, undang­ – undang pertama yang ditandatangani presiden Soeharto adalah UU No.1/1967 tentang Penanaman Modal Asing, yang isinya bersifat terbuka dan bersahabat bagi masuknya modal dari negara manapun. Semua hal itu dilakukan untuk menunjang upaya pembangunan jangka panjang yang dipola secara sistematis melalui REPELITA (rencana pembangunan lima tahun).

    Selama periode kepemimpinannya, presiden soeharto sudah melakukan lima kali periodisasi REPELITA dan sebenarnya REPELITA ini membawa dampak pembangunan yang cukup signifikan, namun sayangnya semua itu tidak disertai dengan kemandirian asupan modal secara mandiri yang kemudian berimplikasi terjeratnya negara ini dengan banyaknya hutang dan bunga pinjaman yang semakin bertambah.

    Hal itu pun kemudian diperparah dengan terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 yang menimbulkan kekisruhan yang amat sangat luar biasa. Krisis moneter tersebut berimbas penurunan drastis dan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Pemasukan negara dalam rupiah pun menjadi “collapse”, yang kemudian merambah ke berbagai sektor perekonomian. Sebagai contoh ; likuidasi beberapa bank, penutupan beberapa bank dan bangkrutnya banyak perusahaan yang memicu terjadinya pemecatan (PHK massal) dan Harga sembako pun semakin melonjak naik yang semakin menjerat daya beli masyarakat saat itu.

    Peristiwa inilah yang menjadi landasan terjadinya konflik sosial dan berbagai kriminalitas seperti penjarahan toko swalayan dan mall-mall besar. Krisis ekonomi inilah yang akhirnya menciptakan letusan krisis sosial dan politik yang berujung pengunduran diri soeharto dari kedudukannya sebagai presiden republik Indonesia. Perlu dicatat bahwa mahasiswa telah memberikan andil yang sangat besar ketika menurunkan rezim soeharto yang juga otoriter. Demonstrasi gencar dilakukan oleh kalangan mahasiswa yang menuntut pemerintah untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan keamanan. Gerakan demonstrasi oleh para mahasiswa itu semakin gencar setelah pemerintah mengumumkan kenaikan BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 mei 1998.

    Puncak aksi mahasiswa terjadi pada tanggal 12 mei 1998 yang berujung  tewasnya 4 orang aktivis mahasiswa trisakti setelah tertembak peluru oleh pihak aparat. Paska kejadian tersebut, rakyat dan mahasiswa semakin solid untuk menentang kebijakan pemerintah yang tidak demokratis dan tidak merakyat. Kita juga patut mengingat bahwa pada era rezim soeharto telah terjadi banyaknya penculikan dan penghilangan para aktivis yang menentang kepemimpinan presiden soeharto. Didalam tubuh pemerintahan yang dipimpin soeharto juga marak terjadinya praktek KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) yang merupakan penyakit yang telah merusak birokrasi pemerintahan saat itu.
    Dari tinjauan secara historis itu, maka sangatlah patut apabila tugas agen perubahan disematkan kepada mahasiswa sebagai bentuk penegakan kedaulatan rakyat. Terlebih semua hal itu telah ditunjang oleh kualitas akademis yang dimiliki mahasiswa dan akrab dengan karakteristik sikap yang kritis, inovatif, kreatif dan penuh dengan gagasan revolusioner. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran kolektif mahasiswa dan semangat pengabdian bagi bangsa ini dengan cara memberikan solusi atas pelbagai persoalan yang dirasakan oleh masyarakat.

    Fakta sosial di era reformasi yang kini tengah dihadapi para mahasiswa adalah ajang semaraknya pesta demokrasi yang menuntut adanya pengawalan secara ketat agar tetap berjalan kondusif. Kondusif tidak berarti sekedar aman tetapi lebih elok lagi apabila ajang pesta demokrasi ini dapat terselenggarakan sesuai dengan asas pemilu yang beresensi : langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Nilai – nilai itulah yang kemudian akan menunjang lahirnya sosok pemimpin yang sesuai dengan keinginan rakyatnya. Pemilu kepala daerah serentak merupakan momentum kontestasi politik terdekat bagi para tokoh negeri ini untuk menduduki kasta tertinggi dalam hierarki kekuasaan dan pemerintahan.

    Begitu pentingnya pilkada serentak ini, yang bertujuan melahirkan sosok pemimpin  bermartabat dan perduli kepada kondisi dan aspirasi masyarakatnya. Maka seyogyanya mahasiswa harus ikut andil dalam proses pemilihan ini agar nantinya kita tidak mendapatkan figur pemimpin yang salah. Mahasiswa dapat mengambil peran memantau kecurangan-kecurangan dan pelanggaran yang terjadi pada momentum pra-pilkada maupun ketika pilkada dilaksanakan. Sebagai contoh ; apabila terjadi black campaign (kampanye hitam) serta money politic, pelanggaran alat atribut ataupun waktu kampanye yang tidak sesuai dll dengan prosedur kampanye yang telah ditetapkan oleh KPU. Mahasiswa dapat melaporkannya kepada bawaslu (badan pengawas pemilu) dengan disertakan bukti-bukti yang kuat dan hal itu diyakini mampu untuk mempermudah kinerja KPU dan bawaslu dalam rangka menumpas segala tindak pelanggaran pemilu.

    Menurut saya hal yang paling penting dilakukan adalah penumpasan terhadap tindakan money politic yang begitu nyamannya membudaya pada konteks kontestasi politik negara ini. Istilah serangan fajar nampaknya sudah tidak asing lagi ditelinga kita dan mungkin sudah dianggap lumrah adanya. Hal inilah yang kemudian mencederai pesta demokrasi kita yang sudah bisa dianggap tidak etis lagi. Meminjam perkataan Thomas hobbes, seorang filosof dari dataran inggris yang mengatakan “Rakyat jelata atau rakyat miskin merupakan kekuatan besar dan berpotensi bahaya karena mereka mayoritas bersedia mengabdi pada orang yang memiliki banyak uang”.

    Apabila pernyataan hobbes itu dikaitkan dengan konteks kontestasi politik, potensi itu kini telah menjadi nyata seiring maraknya rakyat miskin yang mudah disusupi pilihannya hanya dengan uang. Inilah bahaya yang sangat besar bagi dinamika politik negeri kita maka dari itu diperlukan kinerja mahasiswa untuk bisa memberikan pendidikan politik kepada masyarakat untuk memilih dengan landasan hati nurani dan bukan berdasarkan uang maupun materi. Selaras dengan apa yang telah diungkapkan dimuka, marilah kita sebagai mahasiswa selalu menumbuhkan kepekaan, semangat empati dan keperdulian terhadap konteks sosial kekinian sehingga kita mampu menangkap problematika sosial dan mampu memberikan solusi yang berupa gagasan progresif yang disuarakan kepada pemerintah melalui upaya aksi nyata .

    “berpisah kita berjuang, bersama kita memukul” Tan malaka ~



    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Peran Mahasiswa Meluruskan Arah Pemilu Rating: 5 Reviewed By: hmikomfaktek.com
    Scroll to Top