MEWUJUDKAN
KESETARAAN DALAM HUBUNGAN RUMAH TANGGA
(Dalam
perspektif feminisme)
Riska Angreini (Kader HMI)
Peran dan sifat perempuan yang
terbilang lemah dan pasif kerap kali
menimbulkan masalah entah itu perempuan single ataupun yang sudah menikah,berbanding dengan sifat laki-laki yang kuat dan aktif untuk itu penting kesetaraan antara
laki laki dan perempuan,dalam hal ini kita berbicara tentang
kesetaraan dalam rumah tangga.Tujuan mulia dalam melestarikan dan menjaga
keseimbangan rumah tangga ternyata bukanlah perkara yang mudah untuk dilaksanakan,
karena tujuan mulia tersebut tidak terealisir.Kesetaraan akan dicapai jika perempuan
mempunyai peran aktif dalam hubungan sosialisasi dalam
pekerjaan, dan
pendidikan. Namun
demikian pemikiran tersebut berubah setelah menjalani rumah tangga perempuan
diharuskan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya seperti mengurus anak, melayani
suami, mengurus pekerjaan rumah tangga dalam artian tidak mempunyai peran lain
selain itu, Dan
tidak mempunyai penghasilan diluar rumah karena
tebatasnya
pendidikan dan ruang lingkup sosialnya.
Pernikahan dan rumah tangga
itu diharuskan penuh di kelola oleh seorang istri. Seorang suami apa hanya
sekedar mencari nafkah, mencukupi semua kebutuhan rumah tangga? Tapi rasanya
itu semua tidak adil, Bagaimana kita bisa menciptakan lingkungan rumah tangga yang kondusif jika anggota di dalamnya hanya
saling mengandalkan.Mengandalkan dalam hal finansial yang menurut kebanyakan orang itu suami
yang melakukan mengurus rumah itu ya sepenuhnya di lakukan seorang istri.Pernikahan
bukanlah persaingan siapa yang lebih pintar atau siapa yang lebih bodoh, siapa
yang bisa atau pun yang tidak bisa,harus adil dan saling menunjukankerjasama yang baik, jangan sampai
istri merasa tertekan dalam pernikahannya karena ketidaksetaraanhak
dan kewajiban yang dibatasi oleh status
ibu rumah tangga.
Mungkin Anda sering mendengar
jika laki – laki tugasnya mencari nafkah dan perempuan mengurus rumah tangga
namun setelah menikah merekaharus
memiliki kewajiban yang sama untuk
mencapai keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Selain
itu untuk menjaga hubungan keluarga agar lebih
harmonis maka komunikasi harus dijalankan secara baik. Pemikiran suami dan istri harus sama
tujuannya karena
berkat pemikiran yang sama akan menghasilkan rumah tangga yang bahagia.
Keterbukaan, ketersediaan seorang suami dalam kepribadiannya harus di tunjukan
kepada seorang istri karena istri tempat suami berbagi cerita,
masalah, dan kebahagiaan.
Keterbukaan ruang diskusi dan negosisasi
yang setara antara suami dan istri dalam pengambilan keputusan dan tanggung
jawab juga penting untuk mewujudkan rumah tangga yang setara,
Pengharapan istri
dalam berumah tangga yaitu terciptanya hubungan harmonis dilingkungan
sosial,
berpenghasilan yang cukuphubungan itu ada atas kerjasama dan kesepakatan antara suami
dan istri. Rumah tangga yang di dasarkan tujuan dan kerjasama yang tidak baik
dapat menimbulkan masalah-masalah yang akan datang di kemudian hari
bahkanketidakadilan
pembagian tugas rumah tangga memicu perceraian, akan
tetapibanyak laki – laki yang tidak
mengaku bahwa kesetaraan gender merupakan masalah hubungan mereka bagi para laki - laki faktor penting
hancurnya pernikahan adalah masalah ekonomi.
Berdasarkan
penelitian dari Sweden’sUmeaUniversity menyimpulkan bahwa pasangan yang tidak
membagi urusan rumah tangga secara sama rata bisa menimbulkan beban atau
tekanan, pada salah satu pihak, terutama wanita.
Hasil
penelitian itu di dapat dari mempelajari Kuesioner yang di isi oleh 723
penduduk di sebuah kota pada tahun 1981-2007. Kuesioner tersebut di isi oleh
penduduk yang masih sekolah hingga telah bekerja. Hasil studi tersebut
menunjukan bahwa wanita berumur 21 tahun memiliki tingkat psikologis yang sama
dengan pria mulai
dari kegelisahan, gangguan konsentrasi serta kecemasan namun pada usia 24 tahun tingkat tekanan wanita lebih tinggi
dari pria. Wanita yang tertekan adalah
wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari pasangannya, Hal itu juga terkait dengan
pembagian kerja dalam rumah tangga mereka.
Penjelasan
yang dapat di simpulkan mengenai feminisme adalahperempuan yang ingin hak dan
kewajibannya di samakan dengan laki – laki bukan hanya menekankan tugas dan
tanggung jawab pada satu gender. Dalam membangun rumah tangga sangat penting
mengedepankan nilai – nilaikejujuran, kesetaraan gender, dan keadilan. Bagi
penulis kesetaraan dalam rumah tangga memberikan nilai positifdan tingkat
psikologis yang baik bagi hubungan antara suami dan istri,serta Feminisme dalam mewujudkan
kesetaraan hubungan rumah
tangga dapat terwujud apabila fungsi dan kewajiban antara
seorang bisa
setara dengan suami, setara tanpa menghilangkan ketentuan suami yang menjadi
pemimpin dalam rumah tangga.Saling menghormati, saling menghargai satu sama
lain tidak saling menimbulkan perasaan yang menekan.
Tekanan
atau beban yang di rasakan seorang perempuan dalam rumah tangga membuat
pemberontakan gerak dan sifatnya. Jika itu sudah terjadi perempuan akan
mengeluhkan setiap tekanan atau beban itu dengan kegelisahan hati, bahkan
amarah kepada laki -laki.Atas apa yang dirasakan untuk memperjuangkan hak dan
kewajiban seorang perempuan, keberanian pun timbul sampai pada tahap masalah
yang paling tinggi dalam pernikahan yaitu perceraian. Berikan kebebasan perempuan untuk
berpendapat menentukan sendiri apa yang harus
di lakukan bukan
hanya sekedardalam ranah domestik dan reproduksi.
0 komentar:
Posting Komentar