MEMBANGUN KADER HMI KOMIPAM SESUAI DENGAN FITRAH SEBAGI MAHASISWA kutipan Makalah Rapat Anggota Komisariat (RAK) ke - VI HMI Komisariat Pamulang oleh: Jupri Nugroho (FORMATEUR). Dalam perjalanannya, sukar disangkal mahasiswa yang
terdiri dari kaum muda tidak punya andil besar dalam perubahan. Melihat sepak
terjang mahasiswa dalam sejarah pergerakannya, mahasiswa di Indonesia adalah
salah satu Elemen Bangsa yang selalu mencetuskan perlawanan dan perubahan
terhadap ketidakadilan yang melanda seluruh negeri. Sudah menjadi takdir sosial
politiknya bila mahasiswa adalah pengingat maupun pengontrol abadi bagi
penguasa.[[1]]
Begitu juga HMI KOMIPAM dengan usia yang terhitung
muda berjalan beriringan dengan Kota tangerang selatan yang semakin
memeperlihatkan ketidakadilan tentu mahasiswa sebagai barisan muda yang di beri
rezeki lebih untuk dapat masuk kejenjang perguruan tinggi mempunyai tanggung
jawab yang sangat luar biasa, “peran,tanggung jawab, dan hak pemuda” pasal 16
“pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral,kontrol,sosial dan agen perubahan
dalam segala aspek pembangunan serta penjelasan di pasal 17.[[2]]
Jelas bahwa HMI KOMIPAM harus melanjutkan kultur
ke-KOMIPAM-annya yang sesuai dengan AD/ART yang termaktub di pasal 6 sifat (HMI
bersifat independen) dimana tidak ada kekuatan politik mana pun yang dapat
mengarahkan dan membatasi aksi nyata
gerak KOMIPAM ditambah pada pasal 9 peran (HMI berperan sebagai
organisasi perjuangan) di maknai sebagai usaha
dan kerja keras untuk meraih hal yang baik ini sesuai dengan fitrah manusia akan suatu kebenenaran (hanief) yang tetap konsisten melihat persoalan-persoalan yang tengah di
hadapi oleh masyarakat sehingga kehadiran HMI KOMIPAM dapat langsung sebagai
kontrol sosial dan sebagi kelompok intelktual yang peduli terhadap jalannya
roda pemerintahan dengan cara tetap mengkritisi jika tidak sesuai dengan tujuan
bernegara.
Dalam situasi seperti ini sudah
saatnya melupakan persoalan-persoalan yang menghabiskan energi pejuangan HMI
dan mulailah membangun sebuah semangat yang tidak kenal menyerah, semangat yang
tidak mengenal rasa takut kecuali kepada-NYA dan berkeyakinan bahwa perubahan
hanya hanya dapat terjadi apabila diupayakan dengan sungguh atau penuh dengan
totalitas perjuangan.
Sebagai pemikir mahasiswa telah mencoba menyusun
dan menawarkan gagasan-gagasan tentang arah dan proses pengembangan masyarakat.
Sebagai pelaksana, kegiatan mereka terwujud dalam usaha-usaha untuk membangun
kesadaran rakyat. Aktivitas keterlibatan mahasiswa dalam aksi-aksi sosial
budaya dan politik untuk mendorong dan menggerakkan rakyat disepanjang sejarah
Indonesia merupakan perwujudan dan peran kepemimpinan mahasiswa dalam melakukan
perubahan sosial ditanah air.
Mahasiswa adalah kelompok minoritas sebagai a prophetic minority meskipun
mahasiswa adalah kelompok minoritas dalam masyarakat bangsa. Namun mereka bisa
memainkan peranan profetik. Mereka melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang
tidak dan belum dipikirkan oleh masyarakat umum. Dalam visi mereka, nampak ada
kesalahan mendasar dalam masyarakat dan mereka menginginkan perubahan melalui
jalan tranformasi masyarakat. Peranan mereka bagaikan nabi yang memberikan
pencerahan bagi umatnya, bukan seperti pendeta atau kyai yang sudah terjerat
dalam rutinitas mereka sendiri. Hal ini mengingatkan hadist Nabi SAW yang
mengatakan “cendekiawan (ulama) adalah pewaris (cita-cita) para nabi”
Ketika melaksanakan peran-peran tersebut gerakan
mahasiswa memiliki kekhasan pola gerakan yang membedakan mereka dengan
pola-pola gerakan lain. Gerakan mahasiswa khususnya HMI KOMIPAM merupakan
gerakan yang spontan, sarat dengan pertimbangan moral dan etika, sporadis atau
peka terhadap batasan waktu, dan berkoalisi kekuatan-kekuatan masyarakat
lainnya. Sejalan dengan posisi mahasiswa di dalam peran masyarakat atau
bangsa seperti yang dikemukakan di atas, dikenal dua peran pokok yang selalu
tampil mewarnai aktivitas mereka selama ini. Pertama, sebagai kekuatan korektif terhadap penyimpangan yang
terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, terutama dalam hubungannya
dengan kekuasaan dan penyelenggaraan negara. Kedua, sebagai penerus kesadaran masyarakat luas akan problema
yang ada dan menumbuhkan kesadaran itu untuk menerima altenatif perubahan yang
dikemukakan atau didukung oleh masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat
berubah kearah kemajuan.
Di daerah yang oligarki kepemimpinannya sangat masif
seperti Tangerang selatan, status mahasiswa dan gerakannya sangat penting
sebagai salah satu agent of change, karena tekanan politik ekstra parlementer
merupakan salah satu mekanisme efektif untuk dapat mengontrol penguasa. Namun
gerakan mahasiswa tidak bisa dipungkiri bahwa bukan merupakan elemen
satu-satunya yang dapat mewujudkan perubahan dalam masyarakat, terkadang
gerakan mahasiswa hanya mampu sebatas menjadi pendobrak dari kevakuman
perlawanan yang ada terhadap penguasa. Setelah penguasa yang didobrak turun,
maka gerakan mahasiswa akan menyerahkan kelanjutan proses tersebut kepada
elemen masyarakat lain untuk melanjutkan. Karena memang gerakan mahasiswa
dilandasi atas perjuangan moral meskipun wilayah perlawanannya berada pada
wilayah politik. Gerak nyata adalah cara untuk dapat mengembalikan mahasiswa
kepada fitrah nya yang di beri tanggung jawab sangat besar dalam mengikis
krisis moral mahasiswa terutama HMI (Himpunan Mahasiswa Islam.)
Berbicara identitas HMI pasti
berbicara integritas kader hari ini mungkin jauh apabila tidak mau dikatakan hilang
dari ciri khas atau identitas mahasiswa secara umum. HMI sebagai organisasi
perjuangan (HMI berperan sebagai organisasi perjuangan Pasal 9 Anggaran Dasar HMI)[[3]] telah
kehilangan ruhnya dan Sebagai organisasi HMI tidak lagi mampu
mengidentifikasikan dirinya secara utuh karena banyaknya persoalan-persoalan
internal dan eksternal yang dialaminya sehingga etos kejuangannya pun luntur
seiring dengan berurat-akarnya konflik yang ada di HMI.
Seiring dengan krisis moral yang
menjadi tema besar kita perlu kembali membuka lembaran-lembaran ingatan kita
ketika semasa LK 1 dulu dimana pada bab ke 2 NDP di jelaskan bahwa manusia
sebagai puncak ciptaan, jadi bagaimana bisa ketika puncak ciptaan yang membawa
zat-zat sang pencipta mempunyai krisis moral?
Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cendrung
kepada kebenaran.[[4]]
artinya tidak adanya integritas seorang manusia yang tujuan hidup ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran
yang akhir ,yaitu Tuhan Yang Maha Esa.[[5]]
Etos atau semangat untuk melakukan
sesuatu yang bersumber dari nilai-nilai ideologi yang diyakini HMI (Al-Qur’an
& Hadits), sifat berjuang (kejuangan) yang merupakan kesungguhan ikhtiar
untuk memperjuangkan sesuatu baik yang bersifat menuju keadaan lebih baik
maupun mencegah dari keadaan lebih buruk, semakin hari semakin tidak tampak.
Sebagai organisasi mahasiswa tidak
ada jalan lain selain objektif dalam sikap kritis kita pada sebuah persoalan
yang dibungkus dalam kerangka kemampuan akademik sehingga benar benar etos
kejuangan kita adalah semangat perjuangan anak muda yang gelisah akan keadaan
disekeliling, olehnya itu kita (HMI komisariat pamulang) harus perduli bukan
hanya terhadap nasib kita sendiri melainkan harus perduli juga dengan nasib
orang lain, masyarakat dan bangsa.
Kita pun harus menyadari bahwa cacat atau problem
bawaan dari pembangunan berupa materialisme, pragmatisme, dan hedonisme sedikit
banyak melunturkan warna kejuangan HMI, ketegasan sikap kerap dikaburkan dengan
perhitungan untung rugi yang teramat rumit, kegigihan kerap kali diperlemah
oleh keinginan untuk mencapai hasil dengan cara yang cepat, kesederhanaan
sering dipatahkan untuk segera menikmati hasil perjuangan dan masih banyak lagi
sifat-sifat yang bisa membuat terjadinya “pembusukan” institusi yang menuju
krisis Moral.
Tidak adanya pemimpin yang sesuai dengan apa yang sudah di
jelaskan dalam wahyu Tuhan, di beri tanggung jawab khalifah di muka bumi, karena sudah di
selimuti sikap pragmatisme yang akan menutupi bagaimana zat-zat Tuhan dapat
bekerja. Dalam prakteknya Keihklasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa
kemerdekaan,kemerdekaan dalam arti sukarela yang di dorong oleh keinginan murni
[[6]].
Dan tentu seorang pemimpin yang secara kewenangan dapat mengarahkan kader
menuju sifat HMI itu sendiri yaitu independen (pasal 6 sifat) dalam arti luas
menuju keikhlasan itu sendiri karena timbul dari keinginan murni.
Dari uraian di atas bagaiamana
membangun karakter yang berintegritas terutama di HMI komisariat Pamulang,
yaitu menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan
kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu).[[7]]
kembali ke fitrah manusia akan sesuatu kebenaran (hanief) serta di dorong
fungsi sebagai intelektual comunity yang di beri tanggung jawab sebagi kontrol
sosial dan semua agar mampu menciptakan masyarakat adil makmur yang di rhidoi
ALLAH SWT.
[2]
.undang-undang republik indonesia no 40 tahun 2009 tentang kepemudaan,kemenpora;hal
9
[3]. modul
lk 1 hmi cabang ciputat,ad/art pasal 9 tujuan.hal 30
[4] . modul
lk 1 hmi cabang ciputat,NDP bab 2 hal 108
[5] . modul
lk 1 hmi cabang ciputat,NDP bab 2 hal 109
[6] . modul
lk 1 hmi cabang ciputat,NDP bab 3 hal 111
[7] . modul lk
1 hmi cabang ciputat,NDP bab 5 hal 120
0 komentar:
Posting Komentar