• Latest News

    Senin, 22 Juni 2015

    MEMBANGUN KADER HMI KOMIPAM SESUAI DENGAN FITRAH SEBAGI MAHASISWA


    MEMBANGUN KADER HMI KOMIPAM SESUAI DENGAN FITRAH SEBAGI MAHASISWA kutipan Makalah Rapat Anggota Komisariat (RAK) ke - VI HMI Komisariat Pamulang oleh: Jupri Nugroho (FORMATEUR). Dalam perjalanannya, sukar disangkal mahasiswa yang terdiri dari kaum muda tidak punya andil besar dalam perubahan. Melihat sepak terjang mahasiswa dalam sejarah pergerakannya, mahasiswa di Indonesia adalah salah satu Elemen Bangsa yang selalu mencetuskan perlawanan dan perubahan terhadap ketidakadilan yang melanda seluruh negeri. Sudah menjadi takdir sosial politiknya bila mahasiswa adalah pengingat maupun pengontrol abadi bagi penguasa.[[1]]
    Begitu juga HMI KOMIPAM dengan usia yang terhitung muda berjalan beriringan dengan Kota tangerang selatan yang semakin memeperlihatkan ketidakadilan tentu mahasiswa sebagai barisan muda yang di beri rezeki lebih untuk dapat masuk kejenjang perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab yang sangat luar biasa, “peran,tanggung jawab, dan hak pemuda” pasal 16 “pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral,kontrol,sosial dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan serta penjelasan di pasal 17.[[2]]
    Jelas bahwa HMI KOMIPAM harus melanjutkan kultur ke-KOMIPAM-annya yang sesuai dengan AD/ART yang termaktub di pasal 6 sifat (HMI bersifat independen) dimana tidak ada kekuatan politik mana pun yang dapat mengarahkan dan membatasi aksi nyata  gerak KOMIPAM ditambah pada pasal 9 peran (HMI berperan sebagai organisasi perjuangan) di maknai sebagai usaha dan kerja keras untuk meraih hal yang baik ini sesuai dengan fitrah manusia akan suatu kebenenaran (hanief) yang tetap konsisten melihat persoalan-persoalan yang tengah di hadapi oleh masyarakat sehingga kehadiran HMI KOMIPAM dapat langsung sebagai kontrol sosial dan sebagi kelompok intelktual yang peduli terhadap jalannya roda pemerintahan dengan cara tetap mengkritisi jika tidak sesuai dengan tujuan bernegara.
    Dalam situasi seperti ini sudah saatnya melupakan persoalan-persoalan yang menghabiskan energi pejuangan HMI dan mulailah membangun sebuah semangat yang tidak kenal menyerah, semangat yang tidak mengenal rasa takut kecuali kepada-NYA dan berkeyakinan bahwa perubahan hanya hanya dapat terjadi apabila diupayakan dengan sungguh atau penuh dengan totalitas perjuangan.
    Sebagai pemikir mahasiswa telah mencoba menyusun  dan menawarkan gagasan-gagasan tentang arah dan proses pengembangan masyarakat. Sebagai pelaksana, kegiatan mereka terwujud dalam usaha-usaha untuk membangun kesadaran rakyat. Aktivitas keterlibatan mahasiswa dalam aksi-aksi sosial budaya dan politik untuk mendorong dan menggerakkan rakyat disepanjang sejarah Indonesia merupakan perwujudan dan peran kepemimpinan mahasiswa dalam melakukan perubahan sosial ditanah air.
    Mahasiswa adalah kelompok minoritas sebagai a prophetic minority meskipun mahasiswa adalah kelompok minoritas dalam masyarakat bangsa. Namun mereka bisa memainkan peranan profetik. Mereka melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang tidak dan belum dipikirkan oleh masyarakat umum. Dalam visi mereka, nampak ada kesalahan mendasar dalam masyarakat dan mereka menginginkan perubahan melalui jalan tranformasi masyarakat. Peranan mereka bagaikan nabi yang memberikan pencerahan bagi umatnya, bukan seperti pendeta atau kyai yang sudah terjerat dalam rutinitas mereka sendiri. Hal ini mengingatkan hadist Nabi SAW yang mengatakan “cendekiawan (ulama) adalah pewaris (cita-cita) para nabi”
    Ketika melaksanakan peran-peran tersebut gerakan mahasiswa memiliki kekhasan pola gerakan yang membedakan mereka dengan pola-pola gerakan lain. Gerakan mahasiswa khususnya HMI KOMIPAM merupakan gerakan yang spontan, sarat dengan pertimbangan moral dan etika, sporadis atau peka terhadap batasan waktu, dan berkoalisi kekuatan-kekuatan masyarakat lainnya.  Sejalan dengan posisi mahasiswa di dalam peran masyarakat atau bangsa seperti yang dikemukakan di atas, dikenal dua peran pokok yang selalu tampil mewarnai aktivitas mereka selama ini. Pertama, sebagai kekuatan korektif terhadap penyimpangan yang terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, terutama dalam hubungannya dengan kekuasaan dan penyelenggaraan negara. Kedua, sebagai penerus kesadaran masyarakat luas akan problema yang ada dan menumbuhkan kesadaran itu untuk menerima altenatif perubahan yang dikemukakan atau didukung oleh masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat berubah kearah kemajuan.
    Di daerah yang oligarki kepemimpinannya sangat masif seperti Tangerang selatan, status mahasiswa dan gerakannya sangat penting sebagai salah satu agent of change, karena tekanan politik ekstra parlementer merupakan salah satu mekanisme efektif untuk dapat mengontrol penguasa. Namun gerakan mahasiswa tidak bisa dipungkiri bahwa bukan merupakan elemen satu-satunya yang dapat mewujudkan perubahan dalam masyarakat, terkadang gerakan mahasiswa hanya mampu sebatas menjadi pendobrak dari kevakuman perlawanan yang ada terhadap penguasa. Setelah penguasa yang didobrak turun, maka gerakan mahasiswa akan menyerahkan kelanjutan proses tersebut kepada elemen masyarakat lain untuk melanjutkan. Karena memang gerakan mahasiswa dilandasi atas perjuangan moral meskipun wilayah perlawanannya berada pada wilayah politik. Gerak nyata adalah cara untuk dapat mengembalikan mahasiswa kepada fitrah nya yang di beri tanggung jawab sangat besar dalam mengikis krisis moral mahasiswa terutama HMI (Himpunan Mahasiswa Islam.)
    Berbicara identitas HMI pasti berbicara integritas kader hari ini mungkin jauh apabila tidak mau dikatakan hilang dari ciri khas atau identitas mahasiswa secara umum. HMI sebagai organisasi perjuangan (HMI berperan sebagai organisasi perjuangan Pasal 9 Anggaran Dasar HMI)[[3]] telah kehilangan ruhnya dan Sebagai organisasi HMI tidak lagi mampu mengidentifikasikan dirinya secara utuh karena banyaknya persoalan-persoalan internal dan eksternal yang dialaminya sehingga etos kejuangannya pun luntur seiring dengan berurat-akarnya konflik yang ada di HMI.
    Seiring dengan krisis moral yang menjadi tema besar kita perlu kembali membuka lembaran-lembaran ingatan kita ketika semasa LK 1 dulu dimana pada bab ke 2 NDP di jelaskan bahwa manusia sebagai puncak ciptaan, jadi bagaimana bisa ketika puncak ciptaan yang membawa zat-zat sang pencipta mempunyai krisis moral?  Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cendrung kepada kebenaran.[[4]] artinya tidak adanya integritas seorang manusia yang tujuan hidup  ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang akhir ,yaitu Tuhan Yang Maha Esa.[[5]]
    Etos atau semangat untuk melakukan sesuatu yang bersumber dari nilai-nilai ideologi yang diyakini HMI (Al-Qur’an & Hadits), sifat berjuang (kejuangan) yang merupakan kesungguhan ikhtiar untuk memperjuangkan sesuatu baik yang bersifat menuju keadaan lebih baik maupun mencegah dari keadaan lebih buruk, semakin hari semakin tidak tampak.
    Sebagai organisasi mahasiswa tidak ada jalan lain selain objektif dalam sikap kritis kita pada sebuah persoalan yang dibungkus dalam kerangka kemampuan akademik sehingga benar benar etos kejuangan kita adalah semangat perjuangan anak muda yang gelisah akan keadaan disekeliling, olehnya itu kita (HMI komisariat pamulang) harus perduli bukan hanya terhadap nasib kita sendiri melainkan harus perduli juga dengan nasib orang lain, masyarakat dan bangsa.
    Kita  pun harus menyadari bahwa cacat atau problem bawaan dari pembangunan berupa materialisme, pragmatisme, dan hedonisme sedikit banyak melunturkan warna kejuangan HMI, ketegasan sikap kerap dikaburkan dengan perhitungan untung rugi yang teramat rumit, kegigihan kerap kali diperlemah oleh keinginan untuk mencapai hasil dengan cara yang cepat, kesederhanaan sering dipatahkan untuk segera menikmati hasil perjuangan dan masih banyak lagi sifat-sifat yang bisa membuat terjadinya “pembusukan” institusi yang menuju krisis Moral.
    Tidak adanya  pemimpin yang sesuai dengan apa yang sudah di jelaskan dalam wahyu Tuhan, di beri tanggung jawab  khalifah di muka bumi, karena sudah di selimuti sikap pragmatisme yang akan menutupi bagaimana zat-zat Tuhan dapat bekerja. Dalam prakteknya Keihklasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan,kemerdekaan dalam arti sukarela yang di dorong oleh keinginan murni [[6]]. Dan tentu seorang pemimpin yang secara kewenangan dapat mengarahkan kader menuju sifat HMI itu sendiri yaitu independen (pasal 6 sifat) dalam arti luas menuju keikhlasan itu sendiri karena timbul dari keinginan murni.
    Dari uraian di atas bagaiamana membangun karakter yang berintegritas terutama di HMI komisariat Pamulang, yaitu menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu).[[7]] kembali ke fitrah manusia akan sesuatu kebenaran (hanief) serta di dorong fungsi sebagai intelektual comunity yang di beri tanggung jawab sebagi kontrol sosial dan semua agar mampu menciptakan masyarakat adil makmur yang di rhidoi ALLAH SWT.



    [1] . Bung tomo menggugat (pemikiran,surat,dan artikel politik,;bab.hubungan antar generasi hal 173
    [2] .undang-undang republik indonesia no 40 tahun 2009 tentang kepemudaan,kemenpora;hal 9
    [3]. modul lk 1 hmi cabang ciputat,ad/art pasal 9 tujuan.hal 30
    [4] . modul lk 1 hmi cabang ciputat,NDP bab 2 hal 108
    [5] . modul lk 1 hmi cabang ciputat,NDP bab 2 hal 109
    [6] . modul lk 1 hmi cabang ciputat,NDP bab 3 hal 111
    [7] . modul lk 1 hmi cabang ciputat,NDP bab 5 hal 120
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: MEMBANGUN KADER HMI KOMIPAM SESUAI DENGAN FITRAH SEBAGI MAHASISWA Rating: 5 Reviewed By: hmikomfaktek.com
    Scroll to Top