Mahasiswa adalah golongan generasi muda
yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas
mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis,
insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul
tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung
jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan
negara.
Mahasiswa yang dalam kehidupannya tidak
dapat memberikan contoh dan keteladanan yang baik dan telah meninggalkan amanah
dan tanggung jawabnya sebagai kaum terpelajar. Jika hari ini kegiatan mahasiswa
berorientasi pada hedonisme dimana
lebih suka mengisi waktu luang mereka dengan agenda rutin yang berbau negatif
tanpa tahu tentang perubahan dinegeri ini, dan jika hari ini mahasiswa lebih
suka dengan menghilangkan agenda positif yang telah menjadi rutinitas,
dibanding memperhatikan dan memperbaiki kondisi masyarakat dan mengalihkan rutinitasnya
kepada hal-hal yang lebih ilmiah dan menyentuh kerakyatan, maka mahasiswa
semacam ini adalah potret “generasi yang hilang” yaitu generasi yang terlena
dan lupa akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemuda dan mahasiswa.
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa
sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas sosial
yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat
melepaskan keangkuhan dan kesombongan.
Mahasiswa tidak dapat melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat
penderitaan rakyat, tidak bisa melihat adayanya kaum tertindas dan di biarkan
begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan
bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya. Betapa
peran sosial mahasiswa jauh dari pragmatisme,
dan rakyat dapat merasakan bahwa mahasiswa adalah bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari rakyat, walaupaun upaya yang sistematis untuk memishkan
mahasiswa dari rakyat telah dengan gencar dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
ingin rakyat ini cerdas dan sadar akan problematika umat yang akan
terjadi.
Berangkat dari problematika tersebut Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) berfungsi sebagai organisasi kader sebagaimana yang telah
disebutkan dalam BAB IV Pasal 8 Anggaran Dasar (AD) HMI. Dapat kita cermati
bersama makna yang terkandung dalam kalimat tersebut adalah setiap proses yang
di jalani oleh HMI menitik beratkan pada masalah pengkaderan dengan
berorientasi pada BAB III pasal 4 Anggaran Dasar (AD) HMI yaitu terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT.
Berbagai bentuk pengkaderan yang
dilakukan oleh HMI memiliki tujuan masing-masing yang berbeda satu dengan yang
lainnya yang bermanfaat untuk menciptakan kader muslim, berintelektual dan berakhlaqul karimah dengan mampu
memwujudkan tujuan organisasi.
Training formal seperti Basic Training (Latihan Kader I)
misalnya memiliki tujuan "terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam berorganisasi, serta hak da kewajibannya sebagai kader umat dan kader bangsa". Merupakan pondasi awal bagi seorang kader untuk menempa diri di
organisasi sehingga dirumuskan suatu target yang jelas seperti: memiliki
kesadaran menjalin ukhuwah Islamiyah,
menumbuhkan solidaritas antara kader, menumbuhkan loyalitas terhadap HMI, mampu
meningkatkan kemampuan akademis, memiliki kesadaran akan tanggung jawab
keumatan dan kebangsaan serta memiliki kesadaran semangat untuk menghidupkan
berorganisasi.
Jika kita berbicara masalah pengkaderan,
maka tidaklah akan pernah selesai karena pengkaderan ini merupakan proses bagi
HMI membangun aset-aset penerus yang sesuai dengan tujuan HMI atau mampu
berdaya guna bagi kemajuan umat dan bangsa. Untuk itu, segala metode yang
menarik dan bermanfaat untuk peningkatan kualitas kader harus selalu
di lakukan.
Untuk mewujudkan cita-cita itu tentu
bukanlah persoalan yang mudah, setiap pihak harus bahu membahu menumbuhkan
budaya disiplin, keterbukaan, kecintaan, terhadap ilmu pengetahuan, menghargai
perbedaan pendapat, dan segalanya. Setiap pilar haruslah berjalan seimbang
meskipun kita harus memilih sesuatu yang tidak diinginkan, tapi dengan kondisi
demikian kita harus tetap menjadikan lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
serta bangsa dan negara menjadi pilar yang utama.
Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Pamulang Cabang Ciputat yang
merupakan bagian dari sekelompok orang yang bertanggung jawab untuk melakukan
proses pencapaian cita-cita organisasi sehingga Basic Training (LK-I) perlu untuk kita laksankan agar sadar akan peran
dalam diri dan lingkungannya.
0 komentar:
Posting Komentar