Sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ada kebanggaan tersendiri dengan proses kaderisasi serta eksistensi HMI diusianya yang tak muda lagi, genap 71 Tahun HMI sejak berdirinya (5 Februari 1947- 5 Februari 2018). Meminjam istilah Muhammad Hatta "Untuk merubah carut-marutnya bangsa indonesia,maka mesti disiapkan basis teoritis". Sebagai organisasi Mahasiswa Islam tertua, yang memproklamirkan serta meletakan dasar pijak wadah berhimpun mahasiswa islam ini sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan (Pasal 8 dan Pasal 9 AD HMI). Dimana, sebagai organisasi perkaderan, HMI harus bisa menjadi rumah produksi intelektual yang progresif agar lahir generasi cemerlang (ulil albab) dan tetap menjadikan nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) sebagai lokomotif perjuanganMahasiswa Islam di Indonesia. Dalam hal, tradisi intelektual serta kontribusi HMI bagi bangsa ini nyata adanya, meskipun dalam beberapa hal juga patut dikritisi demi kebaikanya. Kritik sebagai cermin suatu gerak dialektis adalah sesuatu hal yang wajar dan sebuah keharusan.
Jika mengamati berbagai problem keumatan dan kebangsaan belakangan ini, maka menjadi suatu keharusan yang menuntut peran aktif kader HMI sebagai agen of change, dengan tradisi intelektual yang ada dan gagasan-gagasan solutif yang dimiliki memberikan jawaban terhadap tantangan serta problem yang ada saat ini. Hal ini saya rasa tidak berlebihan mengingat tujuan HMI yang secara ekplisit yang diderivikasikan dalam Pasal 4 AD HMI yakni “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.” Oleh karenanya kader HMI (kader umat dan kader bangsa) mempunyai tanggung jawab moral dan tanggung jawab sosial atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala. Sehingga cita-cita mulia HMI untuk membentuk peradaban baru (masyarakat madani) dapat terejewantahkan dikemudian hari.
Melalui proses kaderisasi dan regenerasi kepengurusan HMI baik Rapat Anggota Komisariat (RAK) maupun Kongres HMI yang laksanakan di kota Ambon, diharapkan tidak hanya lahir kader-kader yang memiliki soft skill semata, melaikan juga memiliki moral force yang lebih responsif terhadap sederet problem keumatan dan kebangsaan yang ada. Momentum Rapat Anggota Komisariat (RAK) yang semestinya dijadikan sebagai ruang silaturahmi kader khususnya komisariat pamulang cabang ciputat, dalam upaya mentransformasikan gagasan ke-islaman ke-indonesiaan, serta membahas agenda-agenda keumatan dan kebangsaan tersebut kini berubah menjadi bomerang bagi himpunan ini dikarenakan sikap pengurus HMI Komisariat Pamulang periode 2016-2017 yang tidak kunjung melaksanakan rapat presidium untuk menetapkan tanggal peleksanakaan RAK dan sikap kiritis kader yang yang diabaikan pengurus komisariat yang kemudian tafsirkan sebagai dinamika.
Sebagai kader HMI, kita patut berjiwa besar untuk menerima setiap penilaian publik termasuk kritikan terhadap aktivitas ke-organisasian. Dengan kata lain, sebelum orang diluar himpunan mengevaluasi kita, kiranya secara internal dengan penuh kesadaran, selaku kader umat dan bangsa, kita harus berani mengkritik serta memberikan solusi yang membangun bagi perbaikan organisasi tercinta ini kedepannya. Sudah menjadi rahasia umum HMI sebagai basis gerakan mahasiswa dan pemuda bahwa tentu ada yang namanya "dinamika" sebagai suatu proses dialektis menuju kematangan suatu oraganisasi agar lebih kuat dan besar.
Tetapi layaknya dinamika, prosesnya harus elegan dan edukatif.
Menurut hemat penulis, Rapat Anggota Komisariat (RAK) tidak hanya berorientasi pada pergantian kepemimpinan lama kepada yang baru semata, melainkan jauh dari itu, perlu di lakukan evaluasi kelembagaan secara internal dan mengkonstruksi kiprah eksternalnya. Selain itu juga, masih banyak agenda-agenda besar lain yang hendak di rumuskan sebagai proyeksi kerja organisasi kedepan.
Tentu semua itu membutuhkan diskusi panjang serta dialog ilmiah yang bersifat membangun sebelum nantinya ditetapkan sebagai konsensus perjuangan bersama. Karena idealnya sebuah organisasi, harus bisa menyesuaikan diri dengan setiap realitas yang berjalan secara dinamis. Bukan malah mempertahankan tradisi lama yang tidak lagi relevan dengan keadaan zaman. Sebab jika sebuah organisasi dengan kerangka ideologi apapun tidak dapat mengenal eksistensi zaman yang sedang dihadapi, maka dengan sendirinya organisasi tersebut telah menghendaki dirinya tercelup kedalam ketertinggalan.
Harus bisa dipahami bahwa Mision secret HMI bukan sebatas slogan utopis yang terpajang disetiap isi kepala kader dan setelah itu dilupakan seiring berjalannya waktu. Akan tetapi sudah menjadi suatu tanggung jawab kemanusiaan setiap kader setelah selesai di bai'at agar terus berusaha untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Yakin Usaha Sampai..!!!
Oleh: M. Andrean Saefudin
Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKK) HMI Komisariat Pamulang, Cabang Ciputat (Periode 2015-2016)
0 komentar:
Posting Komentar