BACA, DISKUSI, dan TULIS |
“Karena kau menulis, suaramu takkan padam
ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari”
-
Pramoedya Ananta Toer, dalam Nyai Ontosoroh,
Anak Semua Bangsa
Apa yang terjadi
ketika manusia mengubah tradisi lisan menjadi tulisan? Sebuah revolusi! Sebuah
sejarah telah dimulai. Pikiran-pikiran manusia mulai tercatat dan
terdokumentasikan. Ketika si pemilik pikiran meninggal, pikiran-pikirannya
dengan luar biasa tetap hidup. Inilah esensi dari kehadiran buku.
Sejalan dengan Roland
Barthers, seorang filsuf dan kritikus sastra dari Perancis berkata, ketika
sebuah pikiran telah dituangkan kedalam buku, maka yang terjadi kemudian
penulisnya telah mati. Kematian sang penulis, menurut Roland, selalu diikuti
dengan kelahiran pembaca. Hal ini berarti saat karya telah dituangkan dalam
buku, buku itu memiliki kehidupannya sendiri di tangan pembaca. Buku itu tidak
lagi terbelenggu dengan tirani penulis. Pada saat membaca suatu karya, dia
terbang bebas kemana saja, menembus dinding tebal gagasan penulis, serta
melampaui kejeniusan penulis itu sendiri. Dengan kata lain, matinya penulis
diikuti dengan kebangkitan pembaca untuk berpartisipasi menghasilkan pluralitas
makna dalam teks.
Maka pokok perhatian
kini beralih ke sosok pembaca. Ketika kita berbicara mengenai pembaca, maka
tidak ada definisi demografik, psikografik, maupun studi lain yang dapat
mengelompokkannya. Siapapun yang dapat membaca aksara, maka dia dapat disebut
pembaca. Mengapa harus membaca? Menurut Herbert N. Casson, pengalaman sendiri
tidak memberikan kemajuan cukup banyak, kehidupan kita terlalu pendek dan tidak
memungkinkan untuk mempelajari begitu banyak hal. Kita tidak dapat belajar dari
pengalaman sendiri tentang ilmu perbintangan, listrik, ilmu kimia atau tehnik.
Ketika membaca sebuah
buku, seseorang berhubungan dengan ide-ide yang terkandung dalam bacaan itu.
Kegiatan membaca ini merupakan bagian dari proses belajar. Seseorang tidak
dapat belajar tanpa membaca. Akan tetapi, belajar itu bukan hanya membaca saja,
menulis, berpikir, membuat suatu pandangan, menyusun suatu kesimpulan juga
teermasuk belajar. Namun kenyataannya, kegiatan membaca menduduki porsi yang
paling banyak dalam kegiatan belajar.
Beberapa tehnik
membaca akan dijelaskan berikut. Kitalah yang menentukan tehnik yang mana yang
akan dipakai dalam membaca sebuah buku. Dalam arti, tehnik yang akan dipilih
sangat tergantung untuk keperluan apa kita membaca buku; untuk mendapatkan
gambaran singkat dari sebuah buku, persiapan ketika akan mempelajari buku,
membaca ulang buku yang pernah dipelajari, membaca suatu bacaan yang pernah
diketahui, mencari buku referensi, untuk membuat makalah, paper, skripsi atau mengadakan penilaian terhadap jalan pikiran
penulis.
Menurut Ad
Rooijakkers, ada lima tehnik untuk membaca sebuah buku, yaitu:
1. Membaca
terarah
Membaca buku secara sepintas dengan cara mengetahui
hal-hal pokok yang dianggap dapat mewakilikeseluruhan kandungan buku itu. Yang
diperhatikan dalam membaca terarah ini adalah: judul dan nama pengarang, tahun penerbitan,
kata pengantar, daftar isi, pendahuluan dan kesimpulan
2. Membaca
Sepintas
Membaca sepintas dikenala dengan istilah skimming, yaitu membaca untuk mecari
gagasan pokok dalam sebuah karya tulis. Terdapat perbedaan antara membaca
terarah dan membaca sepintas. Pada membaca sepintas, yang diutamakan adalah
mengerti pikiran pokok tiap bab dalam buku itu. Kita perlu berbuat lebih banyak
daripada membaca terarah. Pada membaca terarah kita hanya ingin tahu apa yang
dipersoalkan dalam buku itu. Tetapi, dalam membaca sepintas, persoalannya
terletak pada apakah kita mengerti gagasan pokok apa yang sebenarnya dalam buku
itu. Karena itu, tehnik membaca sepintas dimaksudkan mengetahui ide pokok
pikiran tiap bab dalam sebuah buku.
3. Membaca
Mencari
Mencari kata-kata, nama-nama, atau angka-angka tertentu
atau ingin menjawab pertanyaan dan mencarinya dalam sebuah buku merupakan
kegiatan membaca mencari yang dikenal dengan istilah scanning. Membaca dengan tehnik ini dikenal pula dengan membaca
cepat. Dengan tehnik ini kita diajarkan untuk membaca indeks, daftar isi, judul
dan sub judul.
4. Membaca
Belajar
Tehnik membaca belajar ini lebih serius daripada tiga
tehnik membaca sebelumnya. Seseorang tidak hanya dituntut untuk membaca,
mencari, dan menelusuri kata, kalimat atau paragraf tertentu, tetapi lebih
diharuskan memahami apa yang dibaca.
5. Membaca
Kritis
Membaca suatu bacaan di samping untuk mengerti dan
memahami juga untuk mengadakan penilaian terhadap jalan pemikiran penulis.
Pembaca tidak lagi bersikap pasif menerima apa adanya informasi yang
disampaikan oleh penulis dalam sebuah buku. Untuk itu, sebelum sebelum membaca
buku tersebut kita harus dibekali dengan ilmu yang sesuai dengan kandungan buku
yang dimaksud. Jika tidak, maka kita tidak mungkin melakukan kritik dan
analisis.
Untuk mencapai
keberhasilan dalam menggunakan tehnik-tehnik ini perlu diperhatikan dua faktor:
pertama, faktor yang terpenting adalah motivasi, semakin kuat motivasi semakin
cepat keterampilan membaca yang diperoleh. Kedua, pengetahuan, sebab motivasi
tanpa pengetahuan tentang apa yang dikerjakan hanya akan membawa pada
keputusasaan.
editor: Fahatul Azmi
0 komentar:
Posting Komentar