Dalam pembangunan suatu bangsa, perempuan seringkali hanya dijadikan sebagai objek pembangunan bukan sebagai subjek atau pihak yang dilibatkan dari mulai proses perencanaan hingga implementasi kebijakan pembangunan. Perempuan sebagai objek pembangunan dengan cara mengangap perempuan hanya sebagai bumi atau tempat yang ditanami. berbagai negara belahan dunia melakukan kritik dan perlawanan terhadap sistem sosial dan politik yang ada, karena bagi kaum feminis, sistem sosial dan politik yang berlaku bukan dibentuk oleh ruang hampa, melainkan telah terhegemoni oleh nilai-nilai ekonomis dan patriarkis. Nilai ekonomis dan patriarkis ini dapat dicontohkan bahwa peran kaum perempuan hanya berada pada wilayah domestik (sumur, kasur dan dapur).
Perkembangan indrustrialisasi pada saat ini menjadi suatu hal yang selalu di prioritaskan bagi pemerintahan negara dengan maksud untuk mensejahterakan rakyak tanpa melihat kembali jangka panjang dampak lingkungan dari pembangunan indrustri terutama pabrik semen di kendeng. Sudah sejak tahun 2006 warga kendeng melakukan penolakan atas pendirian pabrik semen oleh PT. Semen Indonesia di wilayah pegunungan kendeng yang membentang di bagian Utara pulau Jawa mulai dari kabupaten Grobogan Jawa tengah, kabupaten rembang Jawa tengah dan kabupaten Jombang Jawa timur. Dasar yang menjadi penolakan oleh warga adalah lingkungan yang nantinya akan rusak karena kegiatan pabrik semen tersebut dan menyita lahan warga yang sebagian besar bekerja sebagai petani.
Pemerintah, investor dan pengembang seakan-akan sudah di butakan dengan pendapatan yang di hasilkan dari pembangunan pabrik semen, berbagai cara apa saja telah di lakukan untuk tetap melanjutkan pembangunan, bahkan dengan cara menumbalkan masyarakat petani, memanipulasi data analisis dampak lingkungan dan melawan hukum. Walaupun dengan melakukan proses pembebasan melalui ganti rugi namun warga tetap menolak untuk menyetujui dengan ada nya pembangunan pabrik semen tetap berdiri kesejahteraan ekonomi masyarakat akan terjamin, tetapi para petani tidak bodoh, karena dalam pandangan mereka pekerjaan petani lebih terjaga kesehatannya ketimbang menjadi buruh pabrik.
Dengan tegas para petani kendeng mulai menunjukan aksi nya untuk tetap menuntut penutupan pabrik semen dengan cara mengecor kaki para petani, sampai berjemur di depan gedung istana presiden, kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu para petani kendeng, yang salah satu nya ialah IBU FATMI dan perwakilan dari petani-petani lain nya. Sosok IBU FATMI yang telah gugur dalam menolak pembangunan pabrik semen telah mencerminkan simbol perjuangan RA. Kartini dalam menentang kemiskinan dan penindasan terhadap perempuan. wujud perjuangan IBU FATMI khusus nya bagi para perempuan saat ini bukan hanya sekedar apresiasi atas perjuangan para petani kendeng, tetapi bagaimana supaya generasi muda saat ini lebih peduli terhadap hak untuk mendapatkan keadilan dan kemanusiaan bagi seluruh petani dan rakyat miskin.
SEBUAH RENUNGAN UNTUK PEREMPUAN MASA KINI.
Memang kita dan khususnya semua perempuan pada saat ini tidak merasakan apa yang sedang menimpa warga kendeng yang rela mempertaruhkan jiwa, harta dan raga ny
Peran dan fungsi wanita saat ini bukan hanya sekedar menuntut hak persamaan ekonomi dan politik dalam menjalani kehidupan sehari-hari tetapi bagaimana supaya perempuan lebih sadar terhadap masalah kesenjangan sosial, kemiskinan dan penindasan terhadap hak asasi bagi perempuan, jika semua perempuan berpikir dan berjuang untuk menolak semua penindasan dan ketidakadlilan , niscaya tidak akan ada lagi perempuan yang harus di korbankan demi kekuasaan negara.
Negara tidak bisa lagi mengabaikan suara kaum perempuan. Seharusnya kaum perempuan memiliki kesempatan untuk didengar, dimintai pendapat serta dilibatkan dalam perencanaan dan penerapan projek pembangunan, dampak dan keuntungan pembangunan bagi kaum perempuan dan seluruh komunitas akan lebih besar. Seharusnya kaum perempuan bergandengan tangan melaksanakan perubahan dan diberi ruang menggunakan kemampuan dan bakatnya, pasti akan terjadi transformasi hubungan gender yang memungkinkan kaum perempuan menjadi anggota masyarakat yang setara dan bernilai”
a demi mempertahankan tanah dan mata pencarian mereka, seharusnyaPerkembangan indrustrialisasi pada saat ini menjadi suatu hal yang selalu di prioritaskan bagi pemerintahan negara dengan maksud untuk mensejahterakan rakyak tanpa melihat kembali jangka panjang dampak lingkungan dari pembangunan indrustri terutama pabrik semen di kendeng. Sudah sejak tahun 2006 warga kendeng melakukan penolakan atas pendirian pabrik semen oleh PT. Semen Indonesia di wilayah pegunungan kendeng yang membentang di bagian Utara pulau Jawa mulai dari kabupaten Grobogan Jawa tengah, kabupaten rembang Jawa tengah dan kabupaten Jombang Jawa timur. Dasar yang menjadi penolakan oleh warga adalah lingkungan yang nantinya akan rusak karena kegiatan pabrik semen tersebut dan menyita lahan warga yang sebagian besar bekerja sebagai petani.
Pemerintah, investor dan pengembang seakan-akan sudah di butakan dengan pendapatan yang di hasilkan dari pembangunan pabrik semen, berbagai cara apa saja telah di lakukan untuk tetap melanjutkan pembangunan, bahkan dengan cara menumbalkan masyarakat petani, memanipulasi data analisis dampak lingkungan dan melawan hukum. Walaupun dengan melakukan proses pembebasan melalui ganti rugi namun warga tetap menolak untuk menyetujui dengan ada nya pembangunan pabrik semen tetap berdiri kesejahteraan ekonomi masyarakat akan terjamin, tetapi para petani tidak bodoh, karena dalam pandangan mereka pekerjaan petani lebih terjaga kesehatannya ketimbang menjadi buruh pabrik.
Dengan tegas para petani kendeng mulai menunjukan aksi nya untuk tetap menuntut penutupan pabrik semen dengan cara mengecor kaki para petani, sampai berjemur di depan gedung istana presiden, kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu para petani kendeng, yang salah satu nya ialah IBU FATMI dan perwakilan dari petani-petani lain nya. Sosok IBU FATMI yang telah gugur dalam menolak pembangunan pabrik semen telah mencerminkan simbol perjuangan RA. Kartini dalam menentang kemiskinan dan penindasan terhadap perempuan. wujud perjuangan IBU FATMI khusus nya bagi para perempuan saat ini bukan hanya sekedar apresiasi atas perjuangan para petani kendeng, tetapi bagaimana supaya generasi muda saat ini lebih peduli terhadap hak untuk mendapatkan keadilan dan kemanusiaan bagi seluruh petani dan rakyat miskin.
SEBUAH RENUNGAN UNTUK PEREMPUAN MASA KINI.
Memang kita dan khususnya semua perempuan pada saat ini tidak merasakan apa yang sedang menimpa warga kendeng yang rela mempertaruhkan jiwa, harta dan raga ny
Peran dan fungsi wanita saat ini bukan hanya sekedar menuntut hak persamaan ekonomi dan politik dalam menjalani kehidupan sehari-hari tetapi bagaimana supaya perempuan lebih sadar terhadap masalah kesenjangan sosial, kemiskinan dan penindasan terhadap hak asasi bagi perempuan, jika semua perempuan berpikir dan berjuang untuk menolak semua penindasan dan ketidakadlilan , niscaya tidak akan ada lagi perempuan yang harus di korbankan demi kekuasaan negara.
Negara tidak bisa lagi mengabaikan suara kaum perempuan. Seharusnya kaum perempuan memiliki kesempatan untuk didengar, dimintai pendapat serta dilibatkan dalam perencanaan dan penerapan projek pembangunan, dampak dan keuntungan pembangunan bagi kaum perempuan dan seluruh komunitas akan lebih besar. Seharusnya kaum perempuan bergandengan tangan melaksanakan perubahan dan diberi ruang menggunakan kemampuan dan bakatnya, pasti akan terjadi transformasi hubungan gender yang memungkinkan kaum perempuan menjadi anggota masyarakat yang setara dan bernilai”
Oleh : Septian Haditama
0 komentar:
Posting Komentar