Lebaran
merupakan seperti siklus yang setiap tahunan datang, dengan sifat siklus ini
maka hari raya disebut “id” yang
artinya adalah ulangan atau putaran. Tapi pemaknaan “id” ini bukan karena
berulang-ulang tapi jika di lihat secara nama lengkap adalah “id al-Fithri (Idul Fithri) dan yang
paling utama adalah kata “Fitri” (Fithr) yang
megandung makna teramat dalam, yang sama dengan perkataan “Fitrah”
Idul
Fithri terlebih dahulu di awali dengan ibadah yang paling “Private” yaitu puasa yang
hanya kita dan Allah yang mengetahui dan berbeda dengan ibadah lainnya, selain
itu juga dalam hakikat puasa adalah bertujuan bagaimana nilai Ketaqwaan
bertambah dan merupakan pangkal ketulusan dan kemakmuran (Private). Ramadhan di jadikan madrasah untuk kita dapat belajar
bagaimana kita menjadi sabar,displin dan tanggung jawab terhadap ibadah kita
contoh kongkritnya adalah dalam puasa, dimana kita di tuntut menahan lapar dan
haus dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Ramadhan juga sebagai
kawah candradimuka dimana kita digembleng untuk dapat menjadi pribadi-pribadi
yang Hanief sesuai dengan fitrah
manusia yang memiliki spirit kemanusiaan yang cenderung pada
sesuatu yang baik, salah satunya menunjukan empati kepada manusia yang bernasib
kurang beruntung yaitu fakir-mskin , dan dimulai dengan tindakan simbolik
membayar zakat fitrah, memenuhi tuntutan Fitrah
kita yang suci.
Kembali
kepada makna “Fitrah” yang bersangkutan dengan salah satu ajaran
islam yang penting bahwasannya manusia dilahirkan dalam kejadian asal yang suci
dan bersih. Dengan 11 bulan yang teramat sibuk dan tidak jarang kita berbuat
“Dosa” dalam beberapa pemaknaan sederhana dosa adalah hal-hal yang kita tidak
suka orang banyak mengetahui, serta bertentangan dengan hati kecil kita
(Perbuatan “Zhalim”). Dan oleh sebab itu Allah dengan Rahmatnya memberi kepada
manusia kesempatan untuk mensucikan diri dari dosa-dosa yaitu dengan ibadah di
bulan Ramdahan dengan sepenuh hati dan setulus jiwa (imanan wa ihtisaban).
Dan
pada puncak perayaan Hari Raya ini adalah bersihnya kita dari dosa-dosa kepada
Allah dan kemudian memohon maaf kepada sesama, serta saling memaafkan. Ketika
itulah kita berada dalam Fitrah kita yang suci di tandai dengan suka cita dan
bahagia karena bersyukur kapada Allah, bukan dengan kegembiraan yang dangkal,
pesta pora,hura-hura dan bermewah-mewah bahkan cenderung konsumtif.
Maka
kita ucapkan “ja’alana Allahu min
Al-a’idin wa al-faizin wa al-maqbulin” (semoga Allah menjadikan kita semua
kembali ke fitrah kita dan menang melawan dosa kita sendiri, serta di terima
amal ibadah kita suci), sikap bathin penuh rasa kemanusiaan yang tulus itu,
yang mewarnai suasana lebaran adalah
wujud nyata fitrah kita yang suci. Maka Hari Raya disebut Id al-Fithr (idul fitri) siklus fitrah manusia. Dan itulah budi
luhur,akhlak mulia maka berakhlak mulia sesungguhnya adalah kelanjutan Fitrah
yang suci, yang serasi dengan design
(Fithr, khalq) Allah yang maha suci
“Jupry
Nugroho
(Ketua
Umum HMI Komisariat Pamulang Cab.Ciputat)
(Pondok Aren, 1 syawal
1437 H)
0 komentar:
Posting Komentar