Menurut AS. Hornby (dalam kamus oxford Advanced learners Dictionary) dikatakan bahwa “ cadre is a small group who are specially chosen and trained for a particular purpose. Dari definisi diatas, kita dapat mengetahui bahwasanya seorang kader adalah orang-orang yang terpilih dan dilatih untuk merealisasikan suatu tujuan tertentu dalam sebuah kelompok maupun organisasi. Che guevara memandang seorang kader harus memiliki kecakapan disiplin ideologis dan administratif, yang mengetahui bagaimana mempraktekkan sentralisme demokrasi dan bagaimana cara mengimplementasikan azas diskusi kolektif.Seorang kader harus memiliki kesadaran aplikasi ideologis yang komprehensif dan mampu menerapkan demokrasi yang etis.
Setiap
organisasi pasti memiliki ideologi sebagai sumber nilai kebijakan atau dasar
falsafah (philoshofiscee grondslag) yang diyakini dapat mengikat setiap
perilaku kader dalam menata kegiatan organisasi. Ideologi merupakan landasan
kebenaran yang mutlak dan wajib diamalkan dengan baik oleh setiap kader.
Ideologi lahir dari sebuah konsensus bersama yang disadari mampu menjadi
pijakan dan gambaran terbentuknya suatu tujuan organisasi (the general goals of
society or the acceptance of the same philosophy of an organization) . Maka
dari itu sebenarnya tujuan organisasi memiliki keterikatan yang luar biasa
dengan ideologi yang menjadi konsep atau pilar bangunan organisasi.
HMI yang
berideologikan Islam memiliki konsekuensi logis untuk terus mendisiplinkan
perilaku kader agar selalu selaras dengan nilai-nilai keislaman sebagai
landasan kebenaran. Pasal 9 anggaran dasar menjelaskan bahwa peran HMI adalah
berperan sebagai organisasi perjuangan. Yang mana perjuangan HMI berkutat pada
proses perjuangan pembangunan kekuatan Islam sebagai agama, Indonesia sebagai
negara dan Mahasiswa sebagai status setiap personal yang tergabung dalam
organisasi tersebut agar terus mengaplikasikan prinsip agent of social change.
Bagaimana langkah perjuangan itu dikemukakan telah dijabarkan oleh Nilai dasar
perjuangan (NDP) yang disusun untuk lebih memudahkan pemahaman kader dalam
memaknai nilai-nilai keislaman sebagai landasan perjuangan. Maka disiplin
pengamalan ideologi dalam setiap aktivitas kader pada proses pencapaian tujuan
organisasi merupakan suatu kewajiban.
Selain disiplin
penerapan ideologi, HMI sebagai organisasi harus juga menekankan kepada setiap
kader untuk tertib administratif. Yang dimaksud tertib administratif adalah
keta'atan dan kepatuhan kepada semua sumber hukum formil dan atau aturan-aturan
main (the rules of the game) yang mengikat dan berlaku kepada semua kader yang
berfungsi sebagai mekanisme menjalankan organisasi yang baik sesuai kesepakatan
bersama. Setiap kader harus sadar bahwa setiap perilakunya dalam menjalankan
kegiatan organisasi tidak boleh melakukan deviasi dari semua ketentuan yang
tercantum didalam konstitusi dan pedoman-pedoman pokok organisasi lainnya.
"Constitution
is a document which contain the rules for the operation of an
organization". Dari definisi konstitusi yang dikemukakan brian thompson
yang merupakan seorang ahli hukum inilah dapat kita ketahui bahwasanya
konstitusi memuat aturan-aturan untuk mengoperasikan jalannya organisasi.
Konstitusi merupakan sumber hukum tertinggi dalam hierarki sumber hukum formil
atau resmi dan menjadi sumber terbentuknya peraturan yang tingkatnya berada
dibawahnya dalam suatu organisasi. Konstitusi hanya memuat peraturan yang
bersifat fundamental; artinya tidak semua masalah yang penting harus dibuat dan
tercantum dalam konstitusi melainkan hal-hal yang bersifat pokok, dasar atau
azas-azasnya saja.
Maka dari itu,
fungsi dari pedoman-pedoman pokok organisasi lainnya adalah membuat peraturan yang penting untuk
menjalankan ketentuan yang mendasar yang sudah tercantum didalam konstitusi. Bisa
dikatakan bahwa pedoman-pedoman organisasi merupakan penjabaran atas peraturan
yang sudah menjadi garis besar yang tercantum dalam konstitusi. Sebagai contoh
; pada pasal 8 anggaran dasar HMI menyatakan bahwa HMI berfungsi sebagai
organisasi kader. Namun bagaimana sistematika proses perkaderan itu dijalankan
maka pedoman perkaderanlah yang menjelaskannya. Pedoman perkaderan sebagai
salah satu pedoman pokok organisasi memiliki fungsi sebagai aturan yang khusus
membahas tentang sistem perkaderan yang dilakukan di HMI. Sistem inilah yang
dilaksanakan secara masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh seluruh
komponen HMI. Maka dari itu pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan
yang bersifat umum, aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya.
Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas dalam
konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Memahami dan
mengaplikasikan konstitusi dan pedoman-pedoman pokok organisasi lainnya adalah
suatu urgensitas. Apabila hal itu tidak tercapai maka yang akan terjadi adalah
bobroknya sistem management organisasi yang mengakibatkan munculnya
tindakan-tindakan yang penuh dengan kesewenang-wenangan dari kader tanpa dasar
legitimasi regulasi yang jelas dan diluar aturan yang berlaku pada umumnya.
Didalam proses
perkembangan keorganisasian, seorang kader berkewajiban menciptakan iklim yang
kondusif pada situasi dinamika politik di dalam organisasi. Hal itu bertujuan
untuk tercapainya organisasi yang mapan ditinjau dari segi kekuatan kuantitatif
yang besar. Jangan sampai terjadi konflik didalam internal organisasi yang bisa
berimbas terhadap rusaknya stabilitas kegiatan keorganisasian yang sudah
dicanangkan sebelumnya. Jika terjadi konflik didalam organisasi, maka hasilnya
akan terjadi perpecahan yang dapat mengurangi jumlah massa yang terlibat dalam
setiap kegiatan organisasi. Apabila hal itu terjadi maka implikasinya adalah
terhambatnya realisasi tujuan organisasi yang sudah mendapatkan restu bersama.
Seringkali kita
jumpai konteks kontestasi politik didalam organisasi berakhir dengan kekisruhan
antar kader yang bertarung memperebutkan jabatan struktural organisasi. Kita
tidak bisa menafikkan proses kontestasi tersebut, namun kita sebagai kader
haruslah bisa meminimalisir konflik yang ada. "Kader" harus memiliki
kedewasaan berpolitik terutama dalam menyikapi perbedaan pilihan yang diambil
oleh setiap individu. Selalu ada yang dinamakan dikotomi kelompok
berkepentingan yang hadir dalam setiap siklus tahunan ini. Namun bagaimanapun
hal itu terjadi, Jangan sampai ada yang dinamakan eksklusivitas kelompok
pendukung yang tidak bisa menerima kekalahan politiknya. Begitu pun juga bagi
kelompok yang menang haruslah bersikap rendah hati dalam menyikapi kemenangan
kelompoknya tersebut. Kelompok yang menang haruslah juga merangkul kelompok
yang kalah dalam proses penyusunan struktural kepengurusan organisasi.
Pemilihan
seorang kader untuk menduduki jabatan struktural organisasi tertentu itu, harus
melalui proses yang objektif. Kader yang dipilih itu harus memiliki integritas
yang baik yang dapat diukur dari segi loyalitasnya terhadap sebuah organisasi
bukan terhadap kelompok berkepentingan yang didukungnya. Seorang formatur harus
membuang jauh-jauh sifat nepotis yang seringkali hadir ketika memilih figur
kader yang layak menduduki jabatan struktural organisasi. Kader yang dipilih
itu biasanya hanya diukur melalui seberapa besarnya keterikatan dan kedekatan
emosional seorang kader dengan seorang formatur tersebut. Kader yang akan dipilih
itu harus juga memiliki sepak terjang dan memiliki pengalaman mengolah
organisasi yang baik. Kualitas intelektual juga wajib dikedepankan sebagai
kriteria dalam pemilihan kader karena hal itulah yang dapat mencerminkan
suksesnya pola perkaderan yang selama ini diterapkan. Seorang formatur dan
dibantu oleh dua orang mid formatur memiliki otoritas untuk menentukan siapa
saja kader yang berhak menduduki jabatan struktural tertentu, haruslah memiliki
penilaian yang objektif demi terwujudnya management organisasi agar tertata
baik. Seorang formatur yang menjadi
ketua umum setelah dilantik juga harus selalu mengaplikasikan azas diskusi
kolektif dalam pencapaian kesepakatan dan mengakomodir saran semua pihak yang
konstruktif. Tinjauan inilah yang saya rasa akan mampu menciptakan proses
demokrasi yang etis dan progressif dalam pembangunan organisasi.
Hal terakhir
yang ingin saya bahas adalah keterkaitan seorang kader HMI dengan statusnya
sebagai mahasiswa. Mahasiswa memiliki tugas sebagai agen perubahan sosial.
Kader HMI yang berstatus sebagai mahasiswa tidak hanya bertugas memenuhi
kualitas akademisnya namun yang lebih penting adalah bagaimana mempraktekkan
perannya untuk menjawab permasalahan sosial. Dikatakan bahwa mahasiswa
berfungsi sebagai problem solver yakni kelompok elite yang mampu memberikan
gagasan progressif dalam menjawab setiap permasalahan sosial yang dirasakan
oleh masyarakat. Namun sekarang ini bagaimana mau menjawab persoalan
masyarakat, malah kini nyatanya mahasiswa bisa dikatakan benar-benar "elite" karena semakin hari semakin
jauh saja dari "pengabdian kepada masyarakat". Mahasiswa sudah mulai
teralienasi dari dunia pergerakan yang seharusnya ramai dengan kritik terhadap
pemerintah yang tidak bertanggung jawab kepada rakyatnya.
Sikap apatis dan
hedonis semakin mengancam pergerakan mahasiswa. Minim kesadaran memiliki (sense
of belonging) yang tinggi terhadap negara ini sehingga permasalahan sosial pun
terabaikan dan tereliminasi dari pikiran mahasiswa. kritik terhadap policy
(kebijakan) yang dibuat pemerintah yang merugikan masyarakat tidak lagi
dilayangkan. Mahasiswa kini lebih nyaman dengan kehidupannya yang mewah dan
terperosok kepada hingar-bingarnya persoalan trend dan gaya hidup yang baru
berkembang saat ini. Sedangkan mereka abaikan problem sosial yang berkembang di
masyarakat, mereka diam, mereka tergopoh-gopoh melarikan diri saat persoalan
tersebut mengemuka di khalayak umum. Kemana esensi tujuan organisasi HMI yang
selalu kita dengungkan ketika sedang melaksanakan ibadah latihan kader itu?
Dimana insan pengabdi dan bertanggung jawab itu? Kapan kita mampu
merealisasikan cita-cita terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT?. Jawabnya ada didalam lubuk hati kita yang terdalam dan kesadaran manusia
yang selalu cenderung kepada "kebenaran".
Do'a saya
sebagai bagian dari kader HMI adalah semoga Tuhan memberikan hidayah bagi kita
untuk sadar dan peka terhadap status kita sebagai kader organisasi HMI
sekaligus pejuang mahasiswa dalam membangun agama, negara dan organisasi. Semoga
kita mampu bangkit dari keterpurukan ini dan terbangun membela kepentingan
rakyat melalui organisasi yang kita miliki.
Salam untuk
”KADER HMI".
Yakin usaha
sampai
0 komentar:
Posting Komentar