Sepuluh tahun silam, seolah
Aku tak memiliki tujuan pasti namun Aku mempunyai
niat sungguh-sungguh dan cita-cita yg tinggi. Mimpi menjadi
sukses itu layaknya angan belaka dan Aku tidak
tahu akan terwujud atau tidak namun dengan rasa percaya
diri aku melangkah. Semangat untuk menggapai keberhasilan memberiku tekad kuat
dan bulat untuk meninggalkan gubuk kecil di mana aku dibesarkan oleh seorang
kakek dan nenek. Usianya yang sudah tua renta, namun berbagai pelajaran hidup
yang mereka ajarkan mengharuskanku menjadi perempuan tangguh. Tidak hanya budi
pekerti dan moral yang mereka tanamkan melainkan pendidikan agama juga
senantiasa mereka tanamkan.
Mula-mula, Pulau Jawa menjadi tujuan aku singgah, yakni Ponorogo
Jawa Timur. Di sana aku mencari pekerjaan namun pada saat bersamaan Allah
mempertemukanku dengan sesosok Malaikat yang menjelma menjadi manusia. Maha
Besar Allah, mimpi untuk melanjutkan sekolah ke SMA dapat terwujud tanpa biaya
dari orangtua, orangtua angkatku, Bapak
H. Mackhrus dan Ibu Retno Erwiyani, yakni di Madrasah Aliyah Ponorogo. Ibu Ani,
sapaan akrab Ibu angkatku yang telah membiayaiku sekolah hingga tamat SMA. Di
rumah orangtua angkatku itu, aku telah terbiasa membersihkan rumah,
memasak. Dengan kesabaran dan kedisiplinan seorang Ibu lah aku bisa memasak dan
merawat diri. Aku tinggal bersama Kakak dan Adik angkatku pula.
Tiga Tahun berlalu, seluruh siswa SMA di Indonesia melaksanakan
Ujian Nasional (UN), demikian juga dengan Aku. Rasa khawatir sudah tentu
hinggap pada diri setiap siswa, Aku pun takut mengecewakan Ibu dan Bapak
angkatku yang sudah sabar mendidikku. Namun puji syukur ke hadirat Allah,
pengumuman hasil UN tidak mengecewakan.
Lalu saat aku sedang di dapur menyiapkan makan malam, tiba-tiba
Bapak menghampiriku dan bertanya, “Nur, setelah ini Kamu mau ke
mana? Ikut Bapak , kuliah atau mau ikut saudara Bapak yang
punya butik di Jakarta?” Rasa tidak percaya diri berbaur dengan bahagia.
Bagaimana tidak, mimpi seorang anak kampung untuk sekolah tinggi terwujud.
Terima kasih kepada Allah atas karunia-Nya dan orang-orang sekitar.
Alhamdulilah mimpi yang dulu kini terwujud dengan kerja keras
dan niat yang kuat serta totalitas dan pengorbanan. Tentu saja itu semua karena
kesabaran dan kesungguhan yang tidak pernah putus meski cacian dan hinaan dari
orang-orang sekitar menghujani tanpa henti. Namun semangat juang dan
kecintaanku terhadap pendidikan akan menjadi bukti bahwa aku tidak seperti yang
mereka katakan. Aku yakin bahwa suatu saat aku akan menjadi orang yang
berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Kewajiban untuk berusaha, berdoa, dan
bertawakal harus aku jalankan. Proses menjadi perempuan hebat itu terus
berkobar dalam hati karena aku yakin anak kampung pun bisa menjadi orang yang
sukses dan kesuksesan adalah milik setiap orang. Wallahu A’lam.
oleh : nurjamilah supiatin
Keren teh
BalasHapusTanpa putus asa